Untuk Ibu yang Hari Ini Ulang Tahun
Kalimat-kalimat ceria
seperti itu kerap menyapa saya saban hari. Kalimat yang begitu mahal dan tidak
akan mampu saya tebus seandainya saya harus membayarnya setelah mendapatkannya.
Ah, ini mungkin catatan pertama saya untuk beliau di halaman ini. Tapi, di relung
sini, dada saya sesak dengan kata terima kasih kepada Ibu yang hari ini ulang
tahun.
Saya memang tidak lahir
dari rahim beliau, tapi …. :) Beliau sudah menjelma melebihi peran ibu bagi
saya di tanah rantau. Ibu kerap berujar, “Uda … baik-baik ya kerjanya. Awas
kalau bandel, ibu laporin ke Emak di Padang!” Ibu dan Mak dua sosok yang serupa
tapi beda fisik. Keduanya adalah perempuan berharga dalam hidup yang Tuhan
menitipkan saya kepada mereka.
(-------)
Saya tidak pernah menduga
bahwa saya ini akan masuk ke dalam kehidupan Ibu; pun ke dalam kehidupan
keluarga beliau di sini. Bagaimana tidak, melihat cara Ibu memperlakukan saya,
terkadang saya merasa bukan saya. Ibu begitu ramah, selalu bertanya kabar
saya, mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan, menjadi reminder saya
untuk senantiasa bersyukur atas nikmat persahabatan yang Tuhan berikan pada saya.
Saya mengenal Ibu di
pertengahan 2010 lalu. Ketika itu saya dan Rayhan (anak Ibu) berteman baik.
Kami sama-sama gemar menulis, meski secara usia, Ray jauh lebih muda di bawah
saya.
Dari Ray saya mengenal
Ibu. Ah, maaf, Bu … saya harus jujur sekarang, menjadi sahabat dan anak Ibu,
saya sempat merasa minder. ^_^
Tapi saya sadar, kebaikan
Ibu memang sudah dari sananya. Ibu baik dan ramah pada semua orang. Mungkin
saya kaget saja menemukan sosok Ibu yang tidak pernah saya temukan orang
seperti beliau sebelumnya.
Ceritakan pada saya,
ibu-ibu mana yang nekad travelling antar pulau? Ceritakan pada saya, ibu-ibu
mana yang mau hadir di acara-acara anak muda? Ceritakan juga pada saya, ibu-ibu
mana yang … yang … yang … begitu banyak hal unik dan berbeda dari Ibu yang saya
kenal.
Mengenal Ibu, saya
seperti diantarkan pada sebuah pemahaman bahwa tak perlu menunggu kaya untuk
menjadi dermawan. Menjadi orang baik tak perlu dengan harta, tapi dengan seraut
senyum di muka ketika bertemu seseorang, itu tindakan seorang dermawan.
Ah, cerita saya menjadi
melompat-lompat ke sana ke mari. Bukan kenapa, ada begitu banyak tentang Ibu
yang harus saya bongkar dari kenangan saya. Tentang Ibu yang tetiba mengagetkan
saya lewat panggilan telepon satu tahun yang lalu, “Uda … lagi sibuk nggak?
Temenin Ray ke TA, yuk! Syukuran nih, Ray diterima di Smansa, katanya Ray
pengin ajak main ice skating, hayuuuk!” Heih! Ice skating? Makhluk apa lagi
itu?
“Uda … ada salam dari
Ayah, kata Ayah, buruan wisuda!”
Ayah … ya, Ayah …
mengenal Ibu bearti mengenal orang-orang terdekatnya juga; Ayah, Faris, Inaz,
Rayhan, Dhiva, Mas Ganjar, Didi ….
Ray … seorang adik
laki-laki yang cerdas, penulis, low profile dan tak pernah malu untuk bertanya.
Itulah Rayhan Hanif Usamah, salah satu penulis termuda di Gilolova #3.
Faris … terlalu sedikit
pembendaharaan kata saya untuk mendeskripsikan seorang Mas Faris. Yang pasti,
Faris adalah saudara laki-laki yang melebihi perannya sebagai saudara untuk
saya. Faris adalah sahabat, terkadang menjelma sebagai Kakak buat saya, meski
secara usia, saya lebih tua. Satu fase dalam hidup yang tak akan pernah saya
lupakan. Pada suatu siang, saya dan Faris terlibat obrolan berat; tentang hidup
yang getir! Tapi apa yang terjadi, siang itu juga Faris mendepak saya dari
jurang keterpurukan. “Yaudah, gini, deh. Besok Senin lo datang aja ke rumah,
gue coba bantu semampu gue. Hidup terus berlanjut, Bro. No Excuse!” Ya, Faris
adalah saksi pertobatan saya untuk kembali ke jalan yang benar; engineer! :)
Dhiva. Ah, adik perempuan
yang manis dan juara! Dhiva yang multitalenta. Dhiva di jago karate. Dhiva yang
piawai menari. Dhiva yang dengan polosnya akan berteriak, Om Chogaaaah … kapan
datang?” di setiap kali saya berkunjung ke rumah Ibu. ^_^
Sementara dengan Inaz
saya tidak begitu akrab. Saya dan Inaz memang baru satu kali bertemu, tapi saya
tahu, Inaz adalah anak gadis kesayangan Ibu. Inaz yang cantik, Inaz yang
berani, Inaz yang beberapa kali pernah muncul di sampul Banten Muda. Itu yang
saya tahu tentang Inaz. ^_^
Oh ya, beberapa waktu
yang lalu Mak menelepon dari kampung dan bertanya tentang kabar kedua orangtua
saya di tanah rantau ini. “Kak Irvan dan Bu Suzy apa kabar, Nak?” Tentang Kak
Irvan, Mak sudah tahu banyak lewat cerita-cerita saya dan foto beliau yang
dipajang di ruang tengah gubuk kami. Sementara dengan Ibu, ternyata Mak telah
berkacakap-cakap beberapa kali. Saya kaget, di hari pertama masuk kerja (17
September 2013), saya disuruh Ibu untuk datang ke rumah terlebih dahulu. “Uda,
tadi Mak pesan, kerjanya harus rajin dan harus cepat diwisuda. Ayah juga pesen
begitu, lho …” tuturnya sembari sibuk memaksa saya untuk sarapan terlebih dahulu.
Terima kasih, Tuhan.
Telah Engkau berikan orang-orang baik untuk mengelilingi hamba.
Hei, saya hampir lupa.
Ah, tunggu sebentar, izinkan saya berdiam dan memejamkan kedua mata saya
beberapa saat. Tiba-tiba saya dikuasai rasa haru yang bertumpuk-tumpuk setiap
kali mengingat kejadian ini.
25 September 2013 adalah
salah satu tanggal yang saya tulis tebal di kamus kehidupan saya. Gala Premiere
film pertama saya; Ki Wasyid. Sebuah film yang saya persembahkan untuk mereka
yang pernah hadir dalam hidup. Ada banyak orang yang saya harapkan untuk bisa
ikut merasakan kebahagiaan yang membah yang saya rasakan di tanggal itu. Saya
ingin Mak dan Abak bisa datang ke Serang, tapi itu sangat tidak mungkin. Saya
juga ingin beberapa keluarga besar bisa datang dan sepertinya juga tidak
mungkin (karena bagi mereka, mencari uang lebih dari segala-galanya) :), saya
juga ingin Kak Irvan dan keluarga besar Banten Muda ikut menyaksikan rerupa
saya muncul di layar bioskop, tapi apa daya, Kak Irvan tidak bisa lepas dari
jibaku pekerjaannya. Ibu … ya, hanya Ibu dan Ayah yang ada untuk saya.:)
Hari ini, 9 Oktober 2013,
Ibu berulang tahun. Di satu sisi saya turut bahagia menyamakan kebahagiaan Ibu,
di sisi lain, saya merasa malu … hal apa yang bisa saya hadiahi untuk Ibu di
hari bersejarahnya?
Hanya doa! Hanya doa, ya,
Bu. Hanya kado harap berpita doa yang mampu saya minta kepada Tuhan untuk
diberikan kepada Ibu; Selamat ulang tahun, semoga Ibu senantiasa dalam
lindungan Allah dan tetap menjadi Ibu yang ceria untuk Dunia. Aamiin.
Bojonegara, 9 Oktober
2013
4 Komentar
Aamiin, tetap selalu bersyukur ya bang ^_^
BalasHapus@pipit tanjung
BalasHapus^__^ aamiin. makasih pipiit.
Menyentuh sekali kakak ^^
BalasHapusEh, sering2 di-update donk kak blog nya :D
hehehe.
gak pernah bosen baca untaian kata nan indah darimu, uda cgogah :) hidup ini penuh arti.. terkadang skenario-Nya tidak seperti apa yg kita harapkan, namun hadapilah !! syukuri dan nikmati :) :) :)
BalasHapusSILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR (◠‿◠)