Gak Pede?
Self Talk Aja Lagi!
Self Talk Aja Lagi!
Oleh Setiawan Chogah
Sobat,
jangan katakan kalau kalian belum pernah menonton film besutan hollywood yang
dibintangi Aamir Khan, 3 Idiots! Film produksi India ini masuk dalam
jajalan film-film laris di dunia semenjak pemutarannya 2009 lalu, lho. Namun
bukan itu yang akan kita bahas di sini. Bagi Sobat yang mengaku pernah nonton 3
Idiots tentu sudah tidak asing dengan ucapan andalan Aamir di film itu.
Yap, all izz well! Sebuah kalimat ajaib yang selalu diucapkan Aamir
setiap kali dia mengalami kesulitan ataupun permasalahan dalam hidupnya.
Mantra
semacam all izz well sebenarnya dapat dimiliki oleh setiap orang, lho,
Sob. Dalam istilah kerennya disebut self talk atau dialog internal. Self
talk atau kadang disebut juga
monolog merupakan sesuatu yang kita lakukan dengan diri kita
sendiri ketika dihadapkan pada situasi tertentu dalam merespon suatu kejadian
atau peristiwa yang kita visualisasikan dengan panca indra terutama indra
penglihatan, pendengaran atau kadang dengan berbisik. Banyak sekali manfaat
yang dapat kita ambil dari kebiasaan self talk. Contoh nyatanya nih ya,
ketika tim Manchester United yang tertinggal 3-0 di babak pertama saat melawan
Tottenham pada tahun 2001 lalu. Jika saja para pemain MU berkata bahwa mereka tidak
mungkin menang dan menyerah, maka mereka benar-benar sudah dipastikan ‘kalah’
di babak pertama dan permainan bisa dibilang sudah ‘berakhir’. Namun justru di
babak ke-2 mereka bisa membalikkan kedudukan menjadi 5-3. Self talk
yang positif seperti memberikan kekuatan esktra dan energi yang positif untuk
menaklukkan segala tantangan.
Self
talk
secara otomatis akan mengarahkan kita untuk bertindak sesuai yang kita pikirkan
dan ucapkan. Ajaibnya, tubuh dan perasaan pun akan mereposnnya begitu. Misal
ketika dalam menyelesaikan sebuah tulisan Sobat berkata, “Gue pasti bisa
kelarin satu cerpen hari ini. Si Momon aja bisa bikin satu novel dalam satu
minggu, masa gue gak bisa bikin satu cerpen sih!” Self talk postif
semacam ini akan menuntun kita untuk melakukan usaha yang lebih dari biasanya.
Selama proses penulisan, kita akan menunjukkan keyakinan diri dan kemampuan
kita, dan karena itu kemungkinan bagi kita untuk menyelesaikan tulisan juga
lebih besar.
Sobat,
apakah kalian tahu bahwa ada anggapan dalam dunia psikologi yang mengatakan
bahwa alam bawah sadar memiliki wilayah dalam diri kita sebesar 2/3 bagian,
sisanya adalah alam sadar kita yaitu sekitar 1/3 bagian dari diri kita. Oleh
karena itu alam bawah sadar dapat kita manfaatkan dan dapat membantu mewujudkan
apa yang kita pikirkan dan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Nah, apa
lagi? Self talk merupakan jurus ampuh yang bisa kita gunakan untuk
meraih impian yang tertunda selama ini. Bahkan ada yang menyebut bahwa logika
mempengaruhi 12% dari kesuksesan yang kita raih, sedangkan 82% yang sangat
mempengaruhi adalah keyakinan, dari 88 % ini terbagi lagi menjadi 2,44%
keyakinan yang + dan 44% keyakinan yang negatif, tugas kita adalah untuk
mewujudkan yang 44% keyakinan yang bermuatan negatif menjadi 88% keyakinan
bermuatan positif. Angka-angka itu akan tetap mustahil apabila hanya kita baca,
Sob, tanpa ada tindak lanjut dari diri kita untuk berupaya mewujudkannya.
Bagaimanapun sebuah teori terlahir setelah penciptanya melakukan eksprerimen
berkali-kali sampai tingkat kepastiannya mendekati sempurna.
Para
pakar psikologi membagi beberapa pola pikir yang sering dimiliki manusia namun
sangat berdampak negatif pada pencapaian keberhasilan. Saya suka menyebut hal
semacam ini sebagai ‘inhibitor kesuksesan’!
Pertama
ada yang disebut dengan pola pikir hitam putih. Pola pikir semacam ini harus
kita hindari, Sob. Sebagai contoh mungkin kita pernah berkata pada diri kita
sendiri, “Gue kan orang kampung, sementara saingan gue orang kota semua. Mana
mungkin gue bisa menyaingi mereka?” atau yang paling sering dilakukan oleh kita
para penulis pemula adalah begini: “Duh, gue gak pede deh ngirim cerpen gue ke
media. Takut dikritik, takut ditolak, pokoknya takuuuut!” Mulai sekarang,
jangan pernah lagi berpikir seperti itu. Pola pikir hitam putih semacam ini
tidak akan pernah membuat kamu berhasil menembus media dengan cerpen atau
tulisan kamu. Toh kenyatanyaan tidak seburuk yang kamu pikirkan kok, Sob.
Kerjaan redaktur bukan mencari-cari kesalahan kamu, lalu mempermalukan kamu dengan
membuat status di sosmed kalau cerpen kamu jelek pake beudh! Gak separah itu.
Percaya, deh.
Pola
pikir yang kedua dinamakan pola pikir katasthopik. Pola pikir semacam ini
dimiliki oleh orang-orang yang suka membesar-besarkan signifikasni sebuah kejadian
alias lebay, Sob. Ibarat seorang penulis, kata-katanya selalu hiperbolis. Pernah
mengucapkan pada diri sendiri kaliamat seperti ini: “Tuhaaan, ini sungguh
kejadian paling memakukan dalam hidup hamba. Ambil nyawaku sekarang juga,
Tuhan.” Please, deh, jangan lebay!
Pola
pikir selanjutnya diketegorikan ke dalam pola pikir discounting. Yaitu
orang-orang yang selalu bertahan dari kritikan orang lain dan tidak pernah bisa
menerima kesalahan dirinya sendiri. Pola pikir ini sangat berbahaya bila
dipelihara, Sob. Contoh ekstim dari pola pikir semacam ini adalah: “Gue tau dia
pura-pura ngedukung gue, padahal mah niatnya mempermalukan gue.” atau “Dih, dia
mau nasihatin gue gitu? Emangnya dia pikir dia itu siapa?” Waks! Jangan sampe
deh Sob punya pola pikir semacam ini.
Nah,
itulah beberapa contoh pola pikir negatif yang harus kita hindari. Lalu
bagaimana caranya menghindari pola pikir semacam itu? Berikut ada beberapa tips
yang bisa langsung kamu praktikin.
Pertama,
sadarilah cara kamu berkomunikasi dengan diri sendiri. Bila kemudian kamu
menyadari bahwa kamu sedang melakukan self talk yang negatif,
maka hentikanlah saat itu juga. Segera katakan pada diri sendiri, “STOP!!!” Tarik
napas, dan ubah sefl talk kamu menjadi self talk yang positif.
Seperti all izz well, yes I can do it! dan lain sebagainya.
Kedua,
sadarilah bahwa semua kebiasaan bisa dipelajari. Awalnya, kebiasaan itu kita
bentuk, dan kemudian ia membentuk kita dan hidup kita. Tapi poin yang paling
utama adalah bahwa semua kebiasaan yang kini kita miliki awalnya dibentuk oleh
kita sendiri. Dan kitalah yang paling berkuasa untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan
tersebut. Pilihan untuk berubah atau tidak ada di tangan kita, Sob. Dan pilihan
itulah yang akan menentukan perjalanan kita menuju sukses dalam setiap aspek
kehidupan kita. So? Melakukan self talk yang positif jauh lebih
bermanfaat dibanding self talk yang negatif, kan? Please, stop
blamming yourself! Paling tidak pengaruhnya dapat kita rasanya pada
perasaan kita sendiri. Nggak percaya? Coba aja Sobat buktikan sendiri. [*]
Setiawan
Chogah
Jurnalis
Banten Muda, beberapa tulisannya berupa cerpen dan artikel pernah dimuat di
berbagai media lokal dan nasional. Follow
Twitter-nya @setiawanchogah.
1 Komentar
terimakasih...
BalasHapusakan d coba...
SILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR (◠‿◠)