Selamat Jadi Sarjana, Bang

Selamat Jadi Sarjana, Bang

Surat ini pernah saya ikutsertakan dalam event Lomba Menulis Surat untuk Sahabat yang diselenggarakan oleh penerbit DivaPress, 2011. Klik di sini!


Serang, 7 Mei 2011 

Kepada, Yth Bang Ardi Nugroho, S.T. 

Assalamualaikum wr.wb. 

Apa kabarmu, Bang? Semoga tidak lagi stress dengan tuntutan tanggung jawabmu yang meronta-ronta untuk segera dituntaskan. Oh, tentu saja tidak lagi. Kemarin aku mendapat kabar dari Intan, katanya kau sudah selesai sidang Tugas Akhir. Senang mendengar kabar itu, Bang. Terlebih tidak akan ada lagi status “pusing” di Facebook-mu. 

Masih segar di ingatan juniormu ini, Bang. Di awal aku mengenalmu. Ketika itu aku dalam posisi terpuruk, berada di titik terendah dalam sebuah kurva yang menggambarkan semangatku untuk melanjutkan perjuangan di kampus teknik ini. Namun kala itu kau bagai ‘Mario Teguh’ yang mengomporiku. Aku jadi terbakar. Hingga saat ini, aku sudah semester enam dan baru saja selesai UTS. UTS kali ini agak berat aku rasakan. Aku butuh motivasi, aku butuh kawan yang mau mendengarkan ceritaku, aku rindu butir-butir kata penuh nyawa yang berlompatan dari mulutmu. Sungguh. 

Bang, akhir-akhir ini aku tidak lagi pernah melihatmu mampir ke kampus. Memang aku hanya melihat sepintas saja ketika kau hadir di kampus. Aku tak berani menemuimu, itu karena aku melihat sepertinya kau sedang tidak mau diganggu. Beuh! Jangankan menemui, SMS dan postinganku di wall Facebook-mu saja tak pernah lagi kau membalasnya. Aku semakin yakin, ini bukan saat yang tepat memintamu menyalakan semangatku yang kembali redup. 

Mungkin kau akan mengira aku ini laki-laki tidak normal ketika aku berani mengirim surat ini. Mungkin kau akan mengira aku ini seorang maho. Ah! Terserah kau lah, Bang. Hahaha, dunia pun akan sangat kecewa kalau laki-laki ganteng macam aku ini harus jadi maho. Aku hanya ingin kau seperti abang yang dulu aku kenal. Abang yang baik, abang yang selalu tertawa, abang yang jago berkata-kata, termasuk mengompori mahasiswa salah jurusan macam aku ini. 

Kau masih ingat kan, Bang? Dulu kau pernah berkata kepadaku, “Semangat untuk menjadi penulis terkenal, gue seneng kalau Untirta maju dengan mahasiswa yang maju juga. Pokoknya sampai gue umur 30, lo belom terkenal juga, gue kutuk jadi ganteng! Oh ya, sekadar masukan, kalau udah terkenal tetep pake nama Setiawan Chogah ya, tapi kata chogahnya ditandai kutip, jadi Setiawan “Chogah”, biar ada brand awareness dari namanya. Mudah-mudahan jadi nama yang terkenal. AMIN.” 

Ah! Kata-kata kau itu masih segar di kepalaku ini, Bang. Bahkan kembali aku ketik, aku print out, lalu aku laminating dan aku bawa ke mana-mana. Dan kau tahu, Bang? Sampai sekarang nama pena yang kau rekomendasikan itu masih aku pakai. Silakan saja kau search di Google bila tak percaya. Hehehe. 

Oh ya, semenjak kau tak lagi aktif di Facebook, aku jadi kehilangan tempat bertanya soal marketing. Saran kau soal design cover bukuku waktu itu sangat bermanfaat, Bang. Kau benar, aku harus membuat judul yang eye catching biar pembaca tertarik. Terima kasih ya Bang. 

Aku mohon maaf karena semester ini aku gagal jadi Asisten Lab sepertimu. Apa daya Bang, IP-ku tidak memenuhi kriteria persyaratan. Tapi Abang jangan marah dulu. Juniormu ini kini menjadi PemRed di LPM[1] Reaksi di kampus kita. Hehehe. Terima kasih juga telah menyarankanku untuk ikut berorganisasi. Ternyata kau benar lagi, Bang. Organisasi sangat banyak manfaatnya aku rasakan. Asal kau tahu, organisasi membantu sekali ketika aku bercuap-cuap di depan puluhan pasang mata ketika aku berbicara soal buku-buku dan tulisanku. Ai! Bila tidak, entah apa yang akan terjadi, Bang. Mungkin aku akan mati menggigil ketakutan. Hahaha. 

Bang, kapan lagi kita berdiskusi? Sudah rindu sekali aku mendengar kau berceloteh tentang perjuangan, mengenai persahabatan, dan lebih-lebih tentang motivasi. 

Aku mMerindukan kau kembali meng-update status Facebook-mu. Aku mohon, kembalilah menjadi guru kehidupan buatku. 

Oh ya, hampir saja aku lupa. Selamat atas gelar Sarjanamu Pak Ardi Nugroho, S.T. Maaf aku belum sempat menyalamimu secara langsung. Hahaha, aku turut bangga dan terharu dengan pencapaianmu ini, Bang. Doakan aku cepat menyusul. Sungguh aku capek betul bertahan di jurusan yang sebenarnya tidak aku sukai, aku benar-benar tidak bahagia. 

Kalau nanti kau sudah bekerja, sesekali mainlah ke kampus. Tengok jualah juniormu ini dan aku dengan senang hati kau ajak makan di takol. Hehehe. Atau paling tidak sesekali kau online-lah Bang! Kita bercerita sampai pagi. Oh ya, doakan juga novel terbaruku cepat selesai ya Bang. Jangan kuatir! Seperti janjiku dulu, akan ada 1 bab khusus bercerita tentangmu, senior yang berhasil meruntuhkan pemikiran skeptisku mengenai senioritas. 

Hhfff, sudah dulu ya Bang. Aku tidak mau bercerita panjang lebar. Sebab, suratku yang empat lembar ini saja pun aku sangsi kau akan membacanya sampai habis. Sekali lagi selamat jadi sarjana dan kembalilah menghujaniku dengan biji-biji kata bernyawa. Hei! Kalau kau melamar teh Asih, jangan lupa aku diundang! Hehehe. Sampai Jumpa di lain waktu. 

Wassalam, 

Juniormu 



Setiawan Chogah 

[1] Lembaga Pers Mahasiswa


Foto. Istimewa
Baca juga:

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ehmm..kereen iih suratnya. Ka Ardi pasti terbang tuh..

    BalasHapus
  2. @Titis Sedyah Ayuningdini
    Hahaha... kasian Teh, dia udah ringan. Bukan karena surat ini pun, gegara angin Bang Pung udah terbang *kualat*

    BalasHapus

SILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR (◠‿◠)